Jumat, 30 Januari 2009

Lajang (being single)

Bagi seorang perempuan lajang berusia diatas 20 tahun yang hidup dengan orang-orang berpandangan ketimuran yang konvensional, hidup memang terasa lebih sulit.

Aku sendiri telah merasakan hal itu.




Menginjak usia 21 yang lalu,keluargaku mulai berbicara denganku tentang masa depan, calon suami, pernikahan dan anak. Saat itu aku belum mau berpikir sejauh itu karena layakny anak muda seusiaku,lingkungan sosialku masih berbicara segala sesuatu tentang "yang muda yang bergaya, yang muda yang berkarya, yang muda yang hura-hura".

Intinya: have fun.

Dan sekarang semuany berubah untukku. Semua orang dewasa di sekitarku kompak membicakan momok menakutkan yang disebut "tanggung jawab". Akh..
Kuliahku sendiri masih setengah jalan sementara orang-orang tampaknya hanya perduli tentang pernikahan, dan pernikahan.

Orang tuaku sendiri mulai wanti-wanti untukku karena aku terlihat tidak kunjung membawa "gandengan" atau memperkenalkan "pria ideal yang spesial" buat hidupku sendiri dan mereka sibuk mencari cowok jomblo berkualitas di luar sana yang barangkali minat denganku.
Mereka seolah- olah menutup mata bahwa aku punya cita-cita,ingin punya karir hebat,sekolah tinggi,keliling dunia atau jadi wanita sukses.

Orang tuaku dan orang-orang yang berpikiran sama tidak melihat usaha akademikku karena sebagaimanapun hebatny aku menyusun makalah atau sukses ngoceh ngalor-ngidul dalam presentasi kuliah yang berbobot,aku tetap seperti perempuan kesepian yang entah akan hidup dengan siapa nantinya. Mereka justru senewen saat aku tidak becus belajar masak atau mendengar anak gadis tetangga yang akan menikah dengan seorang bujang mapan tahun depan.

Sepertinya, mendapat jodoh idaman semua orang adalah prestasi terbesar seorang perempuan lajang, entah bagaimanapun cara mendapatkannya. Merekalah yang disebut orang tuaku sebagai "wanita sukses".

Setiap kali aku pergi ke undangan sanak saudara,pertanyaan standar mereka antara lain: "kapan lulus?", "udah semester berapa?", "kapan nih undangannya?", "kapan nyusul?", "udah ada calon, belum?" dst..Dst..
Kenapa begitu??
Aku kuliah bukan supaya cepat dapat jodoh terus menikah..

Aku yakin, setelah lulus nanti, berondongan nasihat, wejangan, dan pertanyaan yang jadi momok itu akan semakin banyak dan orang hanya akan mendesakku untuk melepas masa lajang secepatnya.

4 komentar:

  1. Adek manis, memang susah kalau terus ngedengerin omongan orang. Fokus aja pada cita-cita dan keinginanmu.
    Apabila nanti tercapai. mereka pasti akan tutup mulut sendiri dengan melihat prestasi yang telah kamu capai. Dont worry being single and happy

    BalasHapus
  2. Napa ndengerin omongan orang. Biarin aja. emang jadi single merugikan mereka. Yang penting sih usaha dengan membuka diri seluas-luasnya. Pastilah ada cowok yang naksir kamu.

    BalasHapus
  3. knp disaat aku menunggu kamu, tak kunjung ada jawab mu...

    BalasHapus
  4. skrg semua sudah terjawab..

    BalasHapus