Kamis, 15 Januari 2009

Akulah sang hujan

June 4,2007

Musim hujan telah tiba

Air langit itu berbisik pada danau yang diam dan ladang- ladang menguning yang gersang.

Derai hujan memabasahi gedung- gedung menjulang yang pongah dan aspal- aspal jalan yang panas,

lalu mengejar manusia- manusia yang kering.

Aku sepi menatap langit

Seakan hujan tak ingin berhenti turun

Tak ada yang akan disapanya diatas sana

kecuali awan- awan yang diburu waktu

dan bumi adalah jawabannya.

Serpihanku terbawa bersamanya

lalu bersenyawa bersama butiran air

ikut bersenandung, tertawa dan buyar di alas bumi

Akulah sang hujan

dan musim hujan telah tiba.














www.vanillabeach.com/.../journal/rainfall.jpg

June 9,2007

Aku bergelut dengan kepingan peluh yang melumuriku

Sekali lagi aku bergerak menyeruak awan kelabu.

Kuhadapkan kepalaku pada kejora siang.

Aku memang tak pernah siap untuk tersungkur lagi,

Tapi kapan aku tau bahwa menari bersama hempasan hujan adalah hal yang menyenangkan bila aku tak pernah mencobanya?


June 17, 2007



Aku tak ingin menghentikan anak- anak yang menari dibawah hujan.

Tapi sudikah engkau mendengar dustaku, Tuhan?

Telah kurangkai rapih potongan- potongan kata yang mendustai hatiku sendiri,

Agar bumi tak tersenyum menyambutku.

Aku telah melihat itu sebagai pengganti ilusi- ilusi dan realita yang berserakan saling menuding bahwa aku tak pantas menjadi hujan.

Aku akan biarkan mereka semua disana,

Melukai genangan biasku,

Dan anak- anak yang meneduh menghindar.

July 16, 2007

i will let the love fly away from me because i was holding it too tight, but i will open my door when when it’s coming back to me.

August 8, 2007

Ternyata sulit sekali untuk mengerti orang lain

Memahaminya saat dia tertawa

Mengerti saat dia bersedih

Tanpa terluka saat dia pergi tanpa alasan

Dan menerka apakah dia akan kembali nantinya

Atau bertanya- tanya saat dia tidak mengerti aku.

September 1, 2007

Cinta merekah di permukaan danau tenang itu.

Cinta tumbuh di sela-sela ladang kuning yang berseri.

Cinta berjamur di tepi aspal panas.

Aku menghirup harum tanah basah selepas hujan.

Aku menyeka pelangi dibalik gumpalan awan hitam.

Aku menangkap hujan dibawah atap.

Aku menghisap aroma cinta.

Bumi memelukku hangat,

Awan- awan menari mengulur waktu,

Aku berdesir menyambut cinta.


September 30, 2007

Aku hampir tenggelam di antara senyap badai.

Aku hampir menghilang menjadi uap.

Aku telah menabur lara.

Perih tersayat petir harus usai

Aliran darahku masih berpacu dengan waktu,

Membasahai goresan mimpi,

Membumbung tinggi harapan yang hampir terkubur mati.

Aku akan kembali berdiri diatas puncak tertinggi

Meninggalkan kerikil kecil dan duri

Yang berarak bersama angin.

Enyahlah kau rerumputan liar.

Mungkin kakiku akan tergores lagi,

Tapi darahku akan segera mengering.

Mengeraskan kulitku dan menutup lukaku.

March 21, 2008

Angin lembut dari pesisir pantai kembali menyapaku.

Musim hujan kembali tiba...

Segenggam capung berputar- putar menyambut mendung yang sejuk


Matahari di ufuk timur berkemas memeluk langit.

Dan aku mengumpulkan awan- awan yang

berserakan menyambut hari ini dan seterusnya,

Karena harapan kembali bersorak.


July 29, 2008

Tuhan, tolong beritahu aku....

Apakah hujan harus membiarkan

Tirai basah yang menjuntai itu melayang tertiup angin...

Akulah sang hujan...

Aku menggeretuk memburu bumi, namun kandas diatas rumput kering.

Aku berteriak diantara gelap, namun aku luluh menerjang bebatuan,

Aku kuat tapi aku tak berdaya.

Aku membasahi tapi aku berlari.

Sekali lagi, katakan padaku,

Haruskah angin keparat itu meniup tirai basahku?!

Meninggalkan aku berderai tanpa menungguku kering.

Aku telah membasuh pegunungan, rumah- rumah kecil, teluk- teluk sunyi dan tirai- tirai putih yang menjuntai, dan aku tak ingin segera berhenti sampai awanku kering.

Tirai- tirai putihku, tetaplah menggantung di bambu- bambu lapuk itu, sampai aku menyapamu disana...

Menyatu sampai hancur dan menjadi debu...


August 20,2008

Aku berlari Menerjang ilalang layu.

Aku berlari menerjang bukit- bukit berkarang.

Aku berlari menyeka butiran pasir

Aku meluncur menjunam.

Aku siap menghujam bumi,

Hingga aku mampu mencium bau tanahnya.

Tapi aku jatuh berdebam keras.

Aku ringkih jatuh berurai.

Aku terombang- ambing bersama ombak,

Lalu terseret meresap ke dalam pasir.

Aku bergemuruh memanggil angin dan kabut.

Aku meniup daun- daun kering yang menggantung,

Membuatnya tergeletak dan hancur terinjak.

Aku telah menenggelamkan malam yang bersahaja.

Aku telah memilih menjadi hujan,

Agar mampu membasuh wajah penuh harap

Dan terkempas memeluk bumi yang pongah.

October 10, 2008

Rain... rain... oh my beloved rain..

Drop your tears and wash away my fears.

Rain... rain... oh my lonely rain...

Cover me in the dark and hide me away.

Rain... rain... oh my hard rain...

Blow up my sorrow and catch my scream.

Rain... rain oh my bastard rain...

Why do you leave me alone and let me broken this way?!

November 07, 2008

Bila gemuruh hatiku memang tak pernah terdengar olehmu,

Maka biarlah hilang saja,

Dan tinggalkan saja aku menelan senyap.

November 14, 2008

Tell me, God, where should i go after those wind blown my cloud and they won’t let me fall to my ground...

Tell me, God, what should i do after the sun melted me and broke my cloud into pieces...

They say you are the Almighty God, but why you don’t answer me?

Or is it because i’m nothing to you...

Or should i leave this wide sky...

November 15, 2008

Sekali lagi aku menyeret awan- awanku untuk mengitari tanah yang belum aku siangi.

Aku tak ingin mereka mati lalu menguap kelangit dan membunuhku.

Tapi ternyata mereka bukan lagi tanah yang sama,

mereka bukan tanahku lagi.

Awan lain telah bertengger diatasnya,

Menjaganya agar tetap hangat.

Akhirnya aku tersadar,

Para angin memang telah menyuruhku pergi

Dan aku akan mengumpulkan sisa deraiku

Untuk berarak menyapa tanah gersang yang lain.


Kali ini aku akan pergi..

Ikemas...


Tribute to some one out there, yang sepertinya memang tak tercipta untukku...

Bekasi Utara, 24 November 2008,

Lya Muryanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar